SEMUA BERAKHIR DI 22 FEBRUARI TRIMA KASIH PAHLAWAN
Dengan menenteng sebuah karton berisi ikan asin,
Seorang pria berjalan menuju ruang lapor disusul putrinya yang hendak
berangkat ke Jayapura melanjutkan studi. seusai lapor dan hendak berjalan
menuju pesawat Lion Air, landasan sepatunya copot diatas landasan Bandara
Dominic Eduard Osok pada siang itu. Pria itu tunduk seketika dan melepas sepatu
sebelahnya dan meninggalkan diatas landasan bandara.
Sambil berjalan menuju pesawat dengan kaki telanjang
tanpa alas kaki, Anaknya tertunduk karna orang lain melihat ayahnya dengan
tatapan yang berbeda .
Sepenggal kalimat yang keluar dari bibir pria itu
pada putrinya “ BAPA JALAN TANPA PEDULI
TANDANYA KO HARUS JADI DOKTER YANG HEBAT “
Seusai mengurus putrinya mendaftar di Fakultas
Kedokteraan Universitas Cendrawasih. Ia lalu kembali ke kampung di daerah
kepulauan untuk menjalankan tugas sebagai seorang Guru Sekolah Dasar. Setiap
bulan Ia harus menyeberang tiga lautan ke Kota, menggunakan perahu jonson
miliknya seorang diri, hanya untuk memastikan kondisi keuangan anak-anaknya
terjamin.
Profesi sebagai seorang guru dengan penghasilan yang
tak seberapa membuat istrinya harus berjualan untuk membantunya, mengingat
biaya kedokteran sangat mahal dan disamping itu anaknya yang lain pun menimbah
ilmu di kota berbeda. Tak pernah tau gajinya yang seperti apa karena semuanya
diberikan pada anak-anaknya.
Penampilan yang mulai berantakan, tanpa peduli akan
pakaian yang mulai kusam. Beliau hanya bermimpi anak-anaknya mendapat
pendidikan yang layak. Salah satu nasehat yang sering diberikan pada
anak-anaknya “Kenapa Bapa tra sibuk
bangun rumah yang bagus, Karna Bapa tau torang tra bisa bersaing dengan Harta.
Tapi bapa yakin kalau dengan pendidikan torang juga diperhitungkan. Makanya
bapa deng mama trus berusaha biar kam dapat pendidikan yang layak“
Hari berganti hingga beliau tiba-tiba sakit karena
sakit yang dialami tidak cukup serius dalam pandangan kasat mata, karena hanya
sebuah bisul kecil. Namun dibalik itu tersirat berbagai macam kebingunan, bagaimana
bisa beliau selalu menjerit bahkan menangis kesakitan hampir dua bulan hanya
karna sakit bisul.
Hingga hari raya natal telah tiba, Ia mengumpulkan
anak-anaknya kembali. Di malam penuh keheningan beliau memberi nasehat seperti
biasa “ Bapa harap kam tra main-main
dalam kam pu kuliah, Karna walaupun kam saudara kandung tapi masing-masing cari
de pu hidup. Dan bapa harap suatu saat kalau bapa su trada kam bisa berdiri
dengan kam pu kaki sendiri”
Hari natal yang telah usai dan beliaupun melepaskan
anak-anaknya untuk kembali ke kota studi masing-masing. Pagi itu beliau
menyiapkan perahu jonsonnya dan hendak pergi ke kota karena mendapat panggilan
dari Dinas. Dan ternyata beliau mendapat surat untuk pindah tugas. Setelah
pulang dari kantor beliau hendak menyiapkan barang-barang untuk ke tempat
tugas, dan perdebatan terjadi antara Ia dan anaknya yang tertua. Anaknya
mengatakan “ Bapa jang pergi karna bapa pergi nanti bapa sakit lagi” sambil
tertunduk beliau mengatakan “ Bapa pergi karna pendidikan adalah bagian dari
pelayanan “. Sontak membuat anaknya tak mampu lagi untuk bersuara.
Setelah hendak berangkat beliau menelpon anak
perempuannya yang baru saja sidang akhir “ Anak bapa mau ke kampung dulu nanti
bapa balik baru bapa deng mama ke jayapura ikut ko pu wisuda, Bapa torang dua
su jahit Jass batik “. Anak perempuannya hanya menjawab “ Iya bapa hati-hati di
perjalanan “
Setelah menelpon anak perempuannya, Ia juga menelpon
anaknya yang berada di Jawa “ Hallo anak, bapa mau kastau ini bapa mau brangkat
ke kampung dulu nanti tanggal 22 februari ko datang ketemu bapa dibandung
eee….Bapa torang ada kegiatan di Bandung “ dengan penuh semangat Anaknya
menjawab “ Siap bapa boss,nanti sa datang “
Bulan februari pun tiba, dengan penuh kesakitan
beliau harus menahan sakit dan tetap terlihat tegar, setelah masuk ke dalam
rumah beliau mengunci semua pintu dan jendela lalu terbaring menahan sakit
dipinggir meja makan. Para tetangganya tampak kebingunan, mereka menyangka
beliau telah berangkat ke kota.
Hari itu tanggal 21 Februari adik perempuannya
bersama suaminya hendak pergi ke rumahnya, sambil melihat lewat jendela
ternyata Beliau sedang terbaring lesu menahan sakit dipinggir meja makan.
Keesokan harinya tanggal 22 Februari hari dimana
anak perempuannya akan Yudisium di Fakultas Kedokteran Jayapura, dan tanggal
dimana beliau berjanji akan menemui putranya di Bandung adalah hari dimana beliau
menghembuskan nafas terakhirnya.
Hari berganti perjuangan terus berlanjut, Anak
perempuannya pun wisuda, Anak bungsunya pun tepat pada tanggal 22 Februari 2020
( tanggal kematiannya ) dilantik menjadi Seorang TNI-AD.
“POHON ITU SU
TRADA TAPI DE PU TUNAS AKAN TETAP TUMBUH, MESKI TERHIMPIT SEMAK BELUKAR”
Selamat Jalan Pahlawan !!!
Trima Kasih sudah membaca, Tuhan
Yesus berkati .
By : Rumbewas Free’von21
Sayang bapa Rumbewas.... Bapa cuma ketemu saya beberapa hari saja tapi bapa pu nasehat2 baik sa selalu ingat.... Syg
BalasHapus